TEMPO.CO, Ternate
- Pemilihan Gubernur Maluku Utara terancam gagal dilaksanakan tahun
ini. Alasannya, Komisi Pemilihan Umum Daerah Maluku Utara mengeluhkan
minimnya anggaran dari pemerintah provinsi.
Ketua KPUD Maluku Utara Mulyadi Totopoho mengatakan, anggaran
pemilihan gubernur Maluku Utara yang dibutuhkan KPUD Rp 100 miliar
lebih. Namun yang diberikan pemerintah provinsi hanya Rp 25 miliar.
Dengan bujet yang cekak itu, Mulyadi pesimistis pelaksanaan pilkada
gubernur yang akan digelar tahun ini, tidak bisa berjalan mulus.
"Ini persoalan serius, seyogyanya menjadi perhatian,"kata Mulyadi kepada Tempo, Rabu 9 Januari 2013.
Mulyadi menjelaskan, bujet pilgub yang tersedia Rp 25 miliar tidak
cukup untuk membiayai kebutuhan seperti honorium petugas validasi data
penduduk pemilih potensial, panitia pemilihan kecamatan, dan petugas
kelompok panitia pemungutan suara. "Petugas lebih dari 300, tersebar di
seluruh wilayah Maluku Utara. Honornya Rp 450 ribu hingga Rp 1 juta.
Karena itu anggaran pilgub saat ini jauh dari ideal."
Meski begitu, mantan dosen hukum Universitas Khairun Ternate ini
mengungkapkan, KPU secara institusi tetap menerima anggaran yang
disediakan dan melaksanakan pemilihan gubernur. "Kita lihat saja nanti.
Yang pasti KPU akan tetap bekerja secara independen melaksanakan
pemilihan Gubernur," kata dia.
Sekretaris Provinsi Maluku Utara Madjid Husen mengatakan, pembahasaan
anggaran pemilihan gubernur Maluku Utara sebenarnya merupakan
pembahasan bersama antara pemerintah provinsi dengan DPRD. Karenanya
itu, pengalokasian anggaran itu telah dikaji dan dibahas bersama. "Tidak
ada niatan kami untuk tidak mensukseskan pemilihan gubernur," ujar
Majid saat dihubungi Tempo.
Pemilihan gubernur Maluku Utara rencananya akan dilaksanakan 1 Juli
2013. Proses pemilihan ini akan melibatkan 700 ribu penduduk sebagai
pemilih.
TEMPO.CO – Rab, 9 Jan 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar