Rabu, 17 Juli 2013

Walhi Sultra: Banjir Kendari akibat Kesalahan Tata Kota

KENDARI, KOMPAS.com- Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Provinsi Sulawesi Tenggara menyatakan, banjir yang terjadi di Kendari tak hanya disebabkan oleh curah hujan tinggi hingga menyebabkan meluapnya belasan sungai. Tetapi juga akibat pengelolaan tata ruang kota yang tidak berperspektif lingkungan atau ekologis.

Direktur Walhi Sultra Susiyanti Kamil mengatakan secara topografi Kota Kendari berada pada bantaran Sungai Wanggu dan dan Teluk Kendari. Sehingga secara otomotis kawasan tersebut adalah daerah resapan yang dapat menimbulkan bencana jika tidak ditangani secara arif dalam penataan ruang.

 Jika kita mencermati penataan ruang Kota Kendari, hampir semua daerah resapan telah berubah fungsi, dipadatkan oleh bangunan rumah toko, perumahan, investasi swasta. Namun di sisi lain kawasan penyangga yang dapat meminimalisir resiko banjir juga dalam keadaaan genting,” ungkap Susi, Rabu (17/7/2013)

Menurutnya, hutan di seputar Daerah Aliran Sungai (DAS) Wanggu juga semakin kritis, begitupun dengan hutan mangrove di sekitar Teluk Kendari yang tersisa 10 persen.

"Kebijakan perlindungan garis sepadan sungai yang mestinya diterapkan dalam penataan ruang juga diabaikan. Pemerintah juga tidak pernah melahirkan kebijakan soal sitem draniase pada kawasan-kawasan resapan, begitupun juga kebijakan yang mengatur soal ketinggian lahan bangunan pada derah-daerah di dataran rendah,” ucapnya.

Susi bersepakat dengan pendapat beberapa kalangan yang menyebutkan banjir di Kendari akibat buruknya sistem drainase.

"Mestinya sejak awal menyusun RTRW (Rencana Tata Ruang Kota) aspek topografi dan ekologi, aspek kesatuan ruang hulu hilir, (DAS hingga Teluk Kendari) menjadi basis dalam menyusun tataruang kota. Dalam penyusunan Perda Tata Ruang Kota Kendari, juga tidak melibatkan masyarakat,” tambahnya.

Karena itu, lanjut Susi, Walhi Sultra mendesak pemerintah Kota Kendari, mengeluarkan kebijakan perlindungan daerah resapan, kawasan penyangga, dataran rendah dan perlindungan garis sepadan sungai dan kawasan Teluk Kendari. Jika hal itu tidak dilakukan, Kendari kini dan kedepan akan menjadi kota krisis bencana.

“Walhi Sultra juga akan mengugat Pemerintah Kota Kendari terhadap Tata Ruang Kota yang tidak melindungi warga dari bencana,” Susi menegaskan. 

Sumber :  kompas.com

Kamis, 11 Juli 2013

ORANG TALIABU MEMILIKI RATUSAN KUDA MEWAH

Pejabat Maluku Punya Ratusan Kuda MewahTEMPO.CO, Jakarta - Klub Pacuan Kuda Taliabo dan Persatuan Olahraga Berkuda Indonesia (Pordasi) menggelar Taliabo Derby 2013 di Jakarta, Ahad 10 Maret 2013. Ratusan kuda tangguh dari berbagai daerah didatangkan untuk dipacu dalam kejuaraan tersebut.

Taliabo tak lain adalah nama klub pacu kuda yang berasal dari Maluku Utara. Para pegiat pacuan kuda mengenal klub tersebut sebagai klub miliki Bupati Kepulauan Sula, Maluku Utara, Ahmad Hidayat Mus serta adiknya, Zainal Mus.

Klub pacu kuda Taliabo umurnya masih muda, baru sekitar dua tahun namanya santer beredar di perlombaan. Klub ini langsung menarik perhatian karena keberaniannya mengeluarkan uang untuk membeli kuda-kuda pacu.

Wahono Atmowidjojo, pelatih kuda dari klub Kuda Jingkrak, mengatakan kuda-kuda Taliabo kini jumlahnya seratus lebih. Umumnya, kata Wahono, klub kuda pacu menambah jumlah kuda dengan perlahan. "Sekalian beternak kuda," kata Wahono saat ditemui di arena pacu kuda Pulomas, Jakarta Timur, Ahad 10 Maret 2013. "Taliabo berani beli. Makanya langsung banyak."

Jumlah kuda yang mencapai ratusan ini dibenarkan oleh pengusaha yang juga hobi pacu kuda Alex Asmasoebrata. Kuda Taliabo, kata Alex, tersebar di banyak daerah, mulai dari Jakarta, Bandung, Sulawesi, dan juga Maluku.

Ketua Umum Pengurus Pusat Pordasi Mohammad Chaidir Saddak alias Eddy mengatakan, meski usianya masih muda, Taliabo termasuk klub yang memiliki jumlah kuda paling banyak. Klub pertama dengan jumlah kuda terbanyak menurut Eddy adalah klub miliknya, Aragon Stable.

Rekam jejak Taliabo jauh berbeda dengan klub Aragon. Eddy sudah 43 tahun malang melintang di dunia pacuan kuda. "Sejak saya berumur sembilan tahun," katanya. Jumlah kuda Aragon bertambah seiring usia klub. "Sekarang ada 100 ekor lebih," katanya.

Setetah Aragon, klub dengan jumlah kuda terbanyak, kata Eddy, adalah Taliabo dan dua klub lainnya. Namun keterangan jumlah kuda Taliabo yang disebut Eddy berbeda dengan yang disebut Wahono dan Alex. "Mungkin mereka punya 30 sampai 40 kuda," ujarnya.

Zainal Mus, Ketua Panitia Pelaksana Kejuaraan Kuda Taliabo Derby, tak bisa dikonfirmasi soal kuda klub kuda Taliabo. Tiga kali permintaan wawancara tolaknya. Begitu juga Hidayat yang hadir dalam acara tersebut. Keluarga besarnya yang turut serta menjadi penonton dalam acara tak ada yang mau diwawancara.

Sumber : www.tempo.co
Editor : ANANDA BADUDU

Kuda Pacu dan Mobil Mewah Bupati Sula Maluku Utara

Kuda Pacu dan Mobil Mewah Bupati Sula Maluku 
 TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga Besar Ketua DPRD Kabupaten Sula, Maluku Utara, Zainal Mus tampak 'ngejreng' di arena pacuan kuda Pulomas, Jakarta Timur, Ahad 10 Maret 2013. Selain karena selalu berjalan beramai-ramai, keluarga Zainal Mus kompak menggunakan atasan kuning. Jumlahnya sekitar 30 orang, mulai dari ibu-ibu, anak-anak, dan segelintir bapak-bapak.

Sekitar pukul 13.00, arena pacuan kuda dikhususkan untuk keluarga Mus. Sebanyak lima kuda yang ditunggangi joki anak-anak keluarga Mus bertarung. Kuda yang digunakan bukan kuda pacu, tapi kuda bonsai yang sering terlihat dipegang tukang-tukang kuda pinggir jalan.

Syhafa Mus mencapai finis paling pertama. Laki-laki berumur 10 tahun ini melempar ciuman kepada puluhan sanak keluarga yang menunggu di samping saat melewati garis finis. Meski tak kekar, kuda bernama Dorce berhasil membuat Syhafa jadi juara.

Seusai bertarung, rombongan keluarga Zainal Mus menonton pertandingan dari ruang VIP di lantai tiga arena pacu. Di sana mereka duduk-duduk di empat meja bundar yang saling bersebelahan.

Tampak juga Bupati Kepulauan Sula, Maluku Utara, Ahmad Hidayat Mus. Dia adalah kakak Zainal Mus. Keduanya terlihat berkonsentrasi mengamati pertandingan dengan bantuan teropong.

Di kalangan pegiat kuda pacu, keluarga Zainal Mus dikenal sebagai pemilik klub kuda pacu Taliabo. Klub ini juga yang menyelenggarakan perlombaan di Pulomas. Alex Asmasoebrata, pengusaha yang hobi kuda pacu, mengatakan klub Taliabo adalah pendatang baru yang berani membeli banyak kuda. "Klub ini punya ratusan ekor kuda," katanya.

Nama Taliabo makin jadi buah bibir ketika membeli kuda persilangan kuda Australia dan kuda lokal bernama Red Helinos. Red Helinos dibeli seharga Rp 500 juta. Padahal, kata Alex, harga wajar untuk kuda mahal berkisar di angka Rp 200 juta.

Di sela pertandingan, Ahmad Hidayat Mus pulang terlebih dahulu. Ia mengendarai mobil Land Cruiser Lexus dengan nomor polisi B 206 AHM. Ia menolak diwawancara. Sekitar pukul 17.00, seluruh keluarga besar Zainal Mus pulang meninggalkan Pulomas.

Tungangannya macam-macam, ada dua Toyota Alphard Vellfire, satu Audi Q7, Land Cruiser Cygnus nomor polisi B 206 MUS. Tak satupun dari mereka yang menghiraukan permintaan wawancara

Sumber : www.tempo.co

Senin, 08 Juli 2013

Sore Ini, Kementerian Agama Intip Hilal di 18 Titik

Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Jawa Timur akan gelar Rukyatul Hilal (melihat anak bulan) di 18 titik. Rukyatul Hilal kali ini akan digelar serentak pada Senin (8/7/2013) sore nanti.

"Nanti jam 16.30 sudah dimulai dan hasilnya nanti akan langsung kami sampaikan ke pusat," kata Fatchul Arif, Humas Kanwil Kemenag pada suarasurabaya.net.

Seperti biasanya, Rukyatul Hilal kali ini juga akan digelar dengan melibatkan beragam ormas Islam, serta melibatkan perguruan tinggi dan para ahli astronomi.

Dalam Rukyatul Hilal ini, Kanwil Kemenag juga menerjunkan para hakim pengadilan agama yang nanti akan melakukan pengambilan sumpah sesuai syariat Islam. "Nanti petugas yang di lapangan melihat atau tidak melihat hilal akan kita sumpah sesuai syariat Islam," kata dia.

Apapun informasinya dari lapangan, nanti akan langsung diolah di Kanwil Kemenag Jl. Juanda Surabaya. Di Kanwil Kemenag ini, seluruh informasi akan diolah yang lantas akan disampaikan ke kementerian untuk dilakukan sidang isbat (penentuan awal puasa).

Jika satu saja dari 18 titik ini melihat hilal, kata Arif, maka puasa dipastikan akan digelar pada hari Selasa (9/7/2013) besok. Namun jika dari 18 titik ini tak ada satupun yang mampu melihat hilal, maka puasa akan digelar keesokan harinya atau pada hari Rabu (10/7/2013). (fik)

Sumber :  www.suarasurabaya.net

Petang Ini, Kementerian Agama Gelar Sidang Isbat Tentukan Awal Ramadhan

Kementerian Agama akan menggelar sidang isbat untuk menentukan awal bulan Ramadhan 1434 H di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Senin (8/7/2013) petang. Melalui sidang isbat, Kementerian Agama atau Kemenag akan menetapkan awal puasa Ramadhan.
Seperti dikutip situs Sekretariat Kabinet, sidang isbat akan diikuti oleh para ahli astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Mereka akan mempresentasikan posisi bulan dari seluruh Indonesia.
Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kemenag Zubaidi mengatakan, melalui Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Kemenag telah mempersiapkan tim hisab dan rukyat di seluruh Indonesia. Tim pengamatan hilal disebar di berbagai titik di 33 provinsi.
Dalam pemantauan hilal, Kemenag menurut Zubaidi juga akan melibatkan tim hisab dan rukyat dari masyarakat dan ormas Islam, Nahdlatul Ulama, dan beberapa pesantren.
Hasil sidang isbat yang diharapkan selesai 19.45 WIB, tambah dia, akan langsung disosialisasikan ke masyarakat malam nanti. Pihaknya akan mengirimkan surat edaran ke semua kantor wilayah Kemenag.
Ketua MUI Pusat Umar Shihab mengatakan, MUI masih menunggu penetapan pemerintah terkait awal Ramadhan 2013. Jika terjadi perbedaan penetapan awal Ramadhan, maka MUI berharap hal itu tidak dibesar-besarkan lantaran umat Islam Indonesia sudah terbiasa mengalami perbedaan pelaksanaan awal Ramadhan.
Sebelumnya, dengan metode hisab, Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadhan pada Selasa (9/7/2013) besok. Muhammadiyah tidak akan hadir dalam sidang isbat karena sudah menentukan awal Ramadhan. Adapun PBNU belum menentukan awal Ramadhan dan akan menggunakan metode rukyat. 

Sumber : www.kompas.com
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

Ini Lokasi Pelaksanaan Pengamatan Hilal

Jakarta (Pinmas) —- Kementerian Agama akan menggelar sidang itsbat (penetapan) awal bulan Ramadlan 1434H pada hari ini, Senin (08/07). Melalui mekanisme sidang itsbat tersebut, Kemenag akan menetapkan kapan dimulainya puasa bagi umat Islam atau awal Ramadlan.
Sebelumnya, tim Hisab dan Rukyat Kementerian Agama akan melakukan pengamatan hilal yang juga melibatkan tim hisab dan rukyat dari masyarakat dan ormas Islam, Nahdlatul Ulama (NU) dan beberapa pesantren.
“Tim pengamatan hilal akan disebar di berbagai titik di 33 provinsi,” terang Kepala Pusat Informasi dan Humas, Jakarta, Senin (08/07).
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Bimas Islam, berikut ini daftar lokasi rukyat awal Ramadlan 1434H:
1. Aceh: POB Lhoknga
2. Sumatera Utara: Atap Menara Masjid Agung, Atap Kantor Gubernur Sumut
3. Sumatera Barat: Bukit Lampu Kec. Bungus
4. Riau: Batu Enam Kab. Rokan Hilir Bagan Siapi-Api
5. Kepulauan Riau: Pantai Teluk Keriting Jalan Usman Harun Tanjung Pinang
6. Jambi: Atap Hotel Novotel Jambi
7. Sumatera Selatan: Atap Hotel Aryaduta, Palembang
8. Bangka Belitung: Pantai Tanjung Kalian Kec. Mento Kab. Bangka Barat
9. Bengkulu: Hotel Horison Kota Bengkulu
10. Lampung: Bukit Kemiling Permai Bandar Lampung
11. DKI Jakarta: Atap Hotel Sesson City, Masjid Al-Musyariin Basmol Kembangan Jakarta Barat, Masjid Al-Makmur Klender Jakarta Timur
12. Jawa Barat: POB Pelabuhan Ratu Sukabumi, Observatorium Bosscha Lembang Bandung
13. Banten: Pantai Anyer
14. Jawa Tengah: Pantai Marina
15. Di Yogyakarta: POB Sekh Bela Belu Parang Tritis
16. Jawa Timur: Pantai Gebang Bangkalan
17. Kalimantan Barat: Pantai Indah Kakap
18. Kalimantan Tengah: Atap Hotel Aquarius
19. Kalimantan Timur: Gunung Sentul Kelurahan Timbau Kec. Tenggarong
20. Kalimantan Selatan: Bank Kalsel Jalan Mabung Mangkurat
21. Bali: Atap Balai Besar BMKG Bali
22. NTB: Taman Laung Balo
23. NTT: Menara Hilal BMKG Sulamu
24. Sulawesi Selatan: Atap Mall GTC Makassar
25. Sulawesi Barat: Tanjung Ranga Kec. Simborro Kab. Mamuju
26. Sulawesi Tenggara: Kolaka
27. Sulawesi Utara: Parkir Apartemen Manado Trade Center
28. Gorontalo: Menara Keagungan Limboto
29. Sulawesi Tengah: Desa Merana Kec. Sundue Kab. Donggala
30. Maluku: Desa Latuhalat Kota Ambon
31. Maluku Utara: Kelurahan RUA
32. Papua: Pantai Denta Kab. Jaya Pura
33. Papua Barat: Hotel Tanjung Kota Sorong

Sumber : www.kemenag.go.id


Jumat, 05 Juli 2013

Issu Politik Uang Berhembus Kencang di Pilgub Maluku Utara

Masyarakat Maluku Utara telah melakukan ritual 5 tahunan untuk memilih pemimpinnya, tepat pada tanggal 1 Juli 2013 kemarin, hajatan KPU ini berlangsung AMAN namun kurang JUJUR (bukan TIDAK JUJUR), begitulah anggapan sebagian besar suara-suara yang muncul pasca pemilihan dan perhitungan suara yang dilakukan di 2.147 TPS yang tersebar di Jazirah Moloku Kieraha oleh masing-masing kandidat.


       Sudah menjadi rahasia umum, pada semua disetiap hajatan pemilu, issue yang berhembus paling kencang bagai angin tornado ini adalah politk uang (money politic), mulai dari tahapan perebutan “kapal” untuk kendaraan menuju kekuasaan sampai pada hari terakhir pencoblosan, issue politik uang paling kencang hembusannya. Tak pelak, masyarakat (kecuali saya) pun berharap kesempatan ini juga dinikmatinya. Istilah “serangan fajar” yang entah sejak kapan frasa itu mulai digunakan, merupakan sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh sebagian pemilik suara, masyarakat tidak peduli dengan nasib daerah selama kepemimpinan berlangsung karna toh disetiap pergantian kepemimpinan, tidaklah berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri (kesejahteraan), malah sebaliknya pengaruhnya cukup dahsyat terhadap kehidupan penguasa dan orang-orang disekelilingnya. Jadi tidak-lah mengherankan bila pada saat tahapan sampai dengan hari H pemilihan, masyarakat akan selalu berharap adanya “serangan fajar” dari calon penguasa.
       Untuk PilGub Maluku Utara sendiri, yang mana di ikuti oleh 6 (enam) kandidat yakni (1) Namto Hui Roba-Ismail Arifin (NHR-Ia) menggunakan “kapal” PDIP;, (2) Muhajir Albaar-Sahrin Hamin (MS) Muhajir dengan “kapal” mewah Demokrat;, (3) Ahmad Hidayat Mus-Hasan Doa (AHM-DOA) tunggangi “kapal” kuning Golkar; (4) Syamsir Andili-Benny Laos (SABEL) difasilitasi “kapal” Gerindra;, (5) Abdul Gani Kasuba-Natsir Thaib (AGK-Manthab) dengan “kapal” putih PKS;, dan (6) Hein Namotemo-Malik Ibrahim (HM) tidak kebagian “kapal” namun menggukan jalur spesial yang tidak perlu dengan “kapal” yakni Indepen.
        Ke-enam kandidat inipun bertarung menuju singgasana kekuasaan dengan mengorbankan materi yang tidak sedikit. Aturan-aturan yang telah disepakati bersama pun dengan sengaja ditabrak demi prestise kekuasaan, tidak peduli dengan aturan yang telah dibuat oleh manusia, aturan yang dibuat oleh pemilik Alam Raya ini-pun ditabrak, asalkan yang diinginkan tercapai. Uang menjadi “tuhan” dalam ritual 5 tahunan ini, para kandidat yang berkantong koper selalu merasa yang paling hebat, karna semuanya bisa dikendalikan dengan Uang, karna kenyataannya masyarakat pun menengadahkan tangan kepada calon penguasa untuk mendapatkan selembar rupiah dengan imbalan suaranya untuk calon penguasa tersebut.
        Maka tak mengherankan pasca pencoblosan kemarin, suara-suara yang menantang politk uang mulai bermuculan mengatasnamakan rakyat, yang entah rakyat yang mana yang mereka wakili. Karna kenyataannya rakyat juga yang menginginkan rupiah-rupiah itu dari calon penguasa. Mereka yang menentang politik uang ini adalah bagian dari pendukung calon lain yang mengatasnamakan rakyat, yang mungkin secara hitung-hitungan politik calon yang mereka dukung sudah pasti kalah dalam pertarungan lima tahunan ini, sehingga perlu bersuara lantang terhadap politik uang yang diindikasikan dilakukan oleh Calon dengan “kapal” kuning-nya.
        Bahkan ada suara-suara yang mengatakan “bila AHM jadi Gubernur, maka Kerusuhan Maluku Utara Jilid ke-2 akan pecah”. Ungkapan ini lebih kepada kekesalan masyarakat yang sudah muak dengan praktek-praktek tidak bersih untuk meraih kekuasaan, jadi mungkin ini bisa menjadi perenungan bagi setiap calon pemimpin hendaklah menggunakan cara-cara bersih dan memberikan pendidikan politik yang baik kerpada masyarakat, sehingga terlahir kepemimpinan yang bermartabat.

DAMAI MALUKU UTARA..

Sumber : http://politik.kompasiana.com

Selasa, 02 Juli 2013

Hasil sementara hitung cepat Lingkaran Survei Indonesia (LSI)- Pasangan Ahmad Hidayat Mus/Hasan Doa yang diusung koalisi Partai Golkar, Hanura, PPP dan PDS meraih suara terbanyak dalam pilkada Maluku Utara (Malut) yang berlangsung 1 Juli 2013.



Di Ternate Manager Strategi LSI Adjie Alfarabi mengatakan, perhitungan cepat yang dilakukan LSI bersama Konsultan Citra Indonesia (KCI) hingga pukul 18.30 Wit dari 84 persen suara yang telah masu:





  1. Pasangan Ahmad Hidayat Mus/Hasan Doa telah meraih 26,29 persen.
  2. Pasangan Abdul Gani Kasuba/Natsir Thaib yang diusung Koalisi PKS dan sejumlah parpol kecil meraih 20,46 persen,
  3. Pasangan Syamsir Andili/Beni Laos yang diusung Koalisi 18 partai non parlemen sebesar 15,25 persen.
  4. Pasangan Hein Namotemo/Malik Ibrahim (calon independen) sebanyak 14,84 persen,
  5. Pasangan Namto Hui Roba/Ismail Arifin yang diusung koalisi PDIP dan sejumlah parpol meraih 12,53 persen,
  6. Pasangan Muhadjir Albaar/Sahrin Hamid yang diusung koalisi Partai Demokrat dan PAN sebesar 10,13 persen.
Masih ada data perhitungan cepat yang dilakukan LSI dan KCI yang belum masuk seluruhnya yakni dari Kabupaten Kepulauan Sula, Kabupaten Taliabu dan Kabupaten Pulau Morotai, karena jaringan telekomunikasi ketiga daerah ini sangat terbatas.

"Jika seluruh data dari ketiga kabupaten tersebut telah masuk dan perolehan suara masing-masing pasangan cagub/cawagub bersaing ketat, kemungkinan pilkada Malut berlangsung dua putaran karena tidak ada yang mencapai di atas 30 persen," katanya.

Namun, jika pasangan Ahmad Hidayat Mus/Hasan Doa dari ketiga daerah tersebut meraih suara signifikan maka kemungkinan pilkada Malut hanya satu putaran dan itu bisa saja terjadi mengingat khusus Kepulauan Sula dan Pulau Taliabu merupakan basis utama Ahmad Hidayat Mus, karena bersangkutan Bupati Kepulauan Sula


Sumber :  LSI quick-count-pilkada